1.
Inetia Fluidayanti (12-001)
2.
Trianike Nor Aini (12-002)
3.
Yusuf Rizkillah Akbar (12-003)
4.
Ahmad Faris Adli Izzudin (12-004)
5.
Gladiola Nadisha (12-005)
6.
Yuni Aisyah Putri (12-006)
7.
Medina Nanda Utami (12-007)
8.
Fikhih Kartika Murti (12-008)
9.
Annisa Dian Kartikaningtyas (12-009)
10.
Yusron Haries (12-010)
11.
Nazala Zetta Zettira (12-011)
12.
Rina Wahyu Hardiana (12-012)
13.
Gita Putri Kencana (12-013)
14.
Hayyu Safira Fuadillah (12-014)
Diskusi
tutorial dilakukan pada:
1.
Jadwal Tutorial I : Senin, 19 November 2012
Ketua
: Gita Putri
Kencana
Scriber : Inetia Fluidayanti
Notulen : Medina Nanda Utami
2.
Jadwal Tutorial II : Rabu, 21 November 2012
Ketua : Gita Putri Kencana
Scriber : Inetia Fluidayanti
Notulen : Medina Nanda Utami
KATA
PENGANTAR
Puji syukur atas
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan Laporan Tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial Sistem Saraf”
tanpa suatu kendala yang berarti.
Laporan
Tutorial ini kami buat sebagai salah satu sarana untuk lebih mendalami materi
tentang sistem saraf pada manusia.
Tidak
lupa kami ucapkan terimakasih kepada :
1.
DR. Drg. Masniari Novita, M.Kes yang
telah memberikan waktu untuk menjadi tutor kami dalam diskusi tutorial ini.
2.
Anggota kelompok I yang telah berperan
aktif dalam diskusi maupun pembuatan laporan tutorial ini.
Kesempurnaan hanya
milik Tuhan Yang Maha Esa, untuk itu kami mohon maaf apabila dalam laporan ini
masih terdapat kesalahan baik dalam isi ataupun sistematika. Kami juga berharap
laporan tutorial sistem saraf ini dapat bermanfaat untuk pendalaman materi pada
Blok Sistem Tubuh II ini.
Jember,
26 November 2012
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Susunan saraf manusia
merupakan bagian tubuh yang paling kopleks dan dibentuk oleh lebih dari 100
juta sel saraf ( neuron), dan di dukung oleh sel-sel glia yang jumlahnya lebih
banyak. Rata-rata setiap neuron memiliki sekurang-kurangnya seribu hubungan
dengan neuron lain membentuk suatu system komunikasi yang sangat kompleks.
Neuron
tersusun secara kelompok sebagai suatu sirkuit. Fungsi suatu neuron adalah satu
set proses koordinasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Neuron
berespon terhadap perubahan / stimulus lingkungan dengan mengubah perbedaan
potensial yang ada antara permukaan luar dan dalam dari membrane. Sel-sel
dengan sifat ini disebut dapat dirangsang / dapat di ganggu. Neuron segera
beraksi dengan stimulus dan dimodifikasi potensial listrik dapat terbatas pada
tempat yang menerima stimulus atau dapat disebarkan ke seluruh bagian neuron oleh
membrane. Penyebaran ini disebut potensial aksi atau impuls saraf, mampu
melintasi jarak yang jauh selanjutnya impuls saraf meneruskan informasi ke
neuron lain, otot dan kelenjar.
1.2
Skenario
Bu
Joko Mengalami Kecelakaan
Bu
Joko berusia 37 tahun tidak datang di arisan dasawisma karena dibawa
keluarganya ke klinik, ibu ini mengeluh nyeri kepala karena baru saja mengalami
kecelakaan lalu lintas. Bu Joko menabrak pohon yang ada di pinggir jalan karena
secara reflex menghindari penyebrang jalan yaang tiba-tiba melintas di
depannya. Pada pemeriksaan pasien dalam keadaan sadar, tidak demam, tetapi
kesakitan. Tidak ada kelainan neurologis lain yang ditemukan saat pemeriksaan.
Bu joko dipulangkan setelah diberi obat.
1.3
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah anatomi, fisiologi, dan histologi sistem saraf pada manusia?
2.
Bagaimanakah mekanisme hantaran impuls saraf?
3.
Bagaimana mekanisme gerak reflex?
4.
Bagaimana mekanisme terjadinya nyeri?
1.4
Tujuan Pembahasan
1.
Mengetahui dan menjelaskan anatomi, fisiologi, dan histologi sistem saraf pada
manusia
2.
Mengetahui dan menjelaskan mekanisme hantaran impuls saraf
3.
Mengetahui dan menjelaskan mekanisme gerak reflex
4.
Mengetahui dan menjelaskan mekanisme terjadinya nyeri
PEMBAHASAN
2.1.
Anatomi,
Fisiologi, dan Histologi Sistem Saraf
A. Sistem
syaraf adalah serangkaian organ yang
kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan syaraf. Dalam
mekanisme sistem saraf, lingkungan internaldan stimulus
eksternal dipantau dan di atur. Kemampuan khusus seperti iritabiltas, atau
sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk
mentransmisi suatu respons terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam
tiga cara utama:
1.
Input sensorik. Sistem saraf menerima
sensasi atau stimulus melalui reseptor, yang terletak di tubuh baik eksternal
(reseptor somatic) maupun internal
(reseptor visceral).
2.
Aktivitas integrative. Reseptor mengubah
stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak
dan medulla spinalis, yang kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi
stimulus, sehingga respons terhadap informasi bisa terjadi.
3.
Output motorik. Impuls dari otak dan
medulla spinalis memperoleh respons yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh,
yang disebut sebagai efektor.
Sel-sel yang terdapat pada sistem saraf
antara lain :
1. Neuron
Neuron adalah unit
fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan
sitoplasma. Neuron terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
a. Badan
sel
Yaitu bagian yang mengendalikan metabolisme
keseluruhan neuron.
b. Akson
- Suatu prosessus tunggal, yang lebih tipis dan
lebih panjang dari dendrit. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke
neuron lain , ke sel lain, atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.
- Akson
diselubungi oleh lapisan (selubung) mielin. Selubung mielin dibentuk oleh suatu
jenis sel neuroglia yang dinamakan sel schwann. Namun, pada bagian tertentu
dari akson terdapat daerah yang tidak terbungkus mielin. Daerah tersebut
dinamakan nodus ranvier yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.
- Mielin berfungsi sebagai isolator listrik dan
melindungi akson.
c. Dendrit
Yaitu perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda
dan pendek yang berfungsi sebagai penghantar impuls ke sel tubuh. Permukaan
dendrit penuh dengan spina dendrit yang dikhususkan untuk berhubungan dengan
neuron lain.
2. Sel
neuroglia
Sel penunjang tambahan
pada susunan saraf pusat yang berfungsi sebagai jaringan ikat yang mensupport
sel dari nervous sistem.
3. Sistem
komunikasi sel
Daya
kepekaan dan daya hantaran merupakan sifat utama dari makhluk hidup dalam
bereaksi terhadap perubahan sekitarnya. Rangsangan ini dinamakan stimulus dan
reaksi yang dihasilkan dinamakan respon. Alat penghantar stimulus yang
berfungsi menerima rangsangan disebut reseptor, sedangkan yang menjawab
stimulus disebut efektor, seperti otot, sel, kelenjar, dan sebagainya. Hubungan
reseptor dengan efektor terjadi melalui sistem sirkulasi dengan perantara zat
kimia yang aktif atau melalui hormon yang melewati tonjolan protoplasma dari satu
sel berupa benang serabut.
B. Organisasi
structural sistem saraf
1. Sistem saraf pusat
Terdiri dari otak dan
medulla spinalis.
a)
Otak
Besar:

Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut
Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang
menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah:
Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
·
Lobus
Frontal merupakan bagian
lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan
kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian
masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku
seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
·
Lobus
Parietal berada di tengah,
berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
·
Lobus
Temporal berada di bagian
bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa
dalam bentuk suara.
·
Lobus
Occipital ada di bagian
paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia
mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa
dibagi menjadi beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat
pada gambar di bawah ini.
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum
(otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan
otak kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan
mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh.
Otak kanan terlibat dalam
kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir
rasional.
Otak
besar dibagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan, atau yang lebih dikenal
dengan Otak Kiri dan Otak Kanan. Masing-masing belahan mempunyai fungsi yang
berbeda. Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika,
rasio, kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika.
Beberapa pakar menyebutkan bahwa otak kiri merupakan pusat Intelligence Quotient (IQ).

Area fungsional dari korteks serebrum
terdiri dari tiga area, antara lain :
1.
Area Motorik Primer, yang terdiri dari :
A. Area
motorik primer, terdapat dalam girus presentral. Neuronnya mengendalikan
kontraksi volunter otot rangka. Aksonnya menjalar dalam traktus piramidalis.
B. Area
pramotorik korteks, terletak tepat disisi anterior girus presentral. Neuronnya
mengendalikan aktivitas motorik yang terlatih dan berulang seperti mengetik.
C. Area
bronca, terletak di sisi anterior are pramotorik pada tepi bawahnya.
Dihubungkan dengan kemampuan wicara.
2.
Area Sensorik Korteks, yang terdiri dari
:
A. Area
sensorik primer, terletak di dalam girus postsentral. Neuron menerima informasi
sensorik umum yang berkaitan dengan nyeri, tekanan, suhu dan sentuhan.
B. Area
visual primer, terletak di dalam lobus oksipitalis dan menerima informasi dari
retina mata.
C. Area
auditori primer, terletak pada tepi atas lobus temporal, serta menerima impuls
saraf yang berkaitan dengan pendengaran.
D. Area
olfaktori primer, terletak pada permukaan medial lobus temporalis dan berkaitan
dengan indera penciuman.
E. Area
pengecap primer, terletak dalam lobus parietal dan terlibat dalam persepsi
rasa.
3.
Area Asosiasi, yang terdiri dari :
A. Area
asosiasi frontal, terletak pada lobus frontal dan merupakan sisi fungsi
intelektual dan fisik yang lebih tinggi.
B. Area
asosiasi somatik, terletak dalam lobus parietal dan berkaitan dengan
interpretasi bentuk dan tekstur suatu objek.
C. Area
asosiasi visual, terletak pada lobus oksipitalis.
D. Area
asosiasi audiotorik, terletak pada lobus temporal.
E. Area
wicara Wernicke, terletak pada bagian superior lobus temporal dan berkaitan
dengan pengertian bahasa dan formulasi wicara.

Terdiri atas bagian-bagian :
1.
Korteks : substansia grisea otak besar
Terdiri
atas 6 lapisan yang batasnya tidak jelas. 6 lapisan tersebut adalah (dari luar
ke dalam): lapisan molekuler, granuler luar, sel pyramid, granuler dalam,
piramid dalam, polimorf.
2.
Medula : substansia alba otak besar
Terdiri
atas sabut-sabut bermielin yang berjalan ke segala arah.
3.
Pusat subcortikal
Merupakan
substansia gricea yang dikeliulingi substansia alba. Terdiri atas : terutama
perikarion-perikarion, sabutsaraf bermielin dari tak bermielin, sel-sel
neuroglia pada beberapa tempat terdapat campuran antara substansia grisea dan
substansia alba yang disebut substansia retikularis
4.
Meninges
b) Otak kecil
Cerebellum
merupakan suatu bagian suprasegmental otak dan terletak di dalam fossa
cranialis. Atap fossa cranialis posterior berupa sekat durameter yang dikenal
dengan tuntorium cerebella, yang memisahkan cerebellum dari lobus occipitalis
cerebri. Cerebellum terletak di sebelah dorsal batang otak.
Cerebellum
di bagi menjadi 2 hemispere, yaitu hemisphere kanan dan kiri yang di pisahkan
oleh vermis. Cerebellum terbagi menjadi 3 lobus utama yaitu :
a.
Lobus anterior : dapat dilihat pada permukaan superior
cerebellum dan dipisahkan dari lobus medius oleh fissure yang berbentuk huruf-V
yang disebut fissure prima.
b.
Lobus medius (posterior) : bagian dari
cerebellum yang paling besar, terletak diantara fissure prima dan
fissurauvulonovodularis. Terdapat fissure horizontal yang dapat ditemukan
disepanjang pinggiran cerebellum dan memisahkan permukaan superior dari
permukaan inferior.
c.
Lobus flocculonodularis : terletak di
posterior uvulodularis. Terdiri dari nodulus dan kedua floculli sehingga
disebut lobus flocculonodularis.

Pada dasarnya,
serebelum berperan penting dalam menentukan saat aktivitas motorik dan
pengalihan yang cepat dan mulus dari satu gerakan otot ke gerakan berikutnya.
Serebelum juga membantu mengatur intensitas kontraksi otot bila beban otot
berubah, seperti juga mengendalikan kontraksi kelompok otot agonis dan
antagonis agar sesuai dan berlangsung dengan segera.
Serebelum terutama
penting ketika melakukan aktivitas otot yang cepat seperti berlari, mengetik,
main piano, dan bahkan untuk berbicara. Selain itu, serebelum membantu
mengurutkan aktivitas motorik dan juga memonitor tubuh ketika aktivitas
tersebut sedang dijalankan sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap
sinyal-sinyal motorikyang dicetuskan oleh korteks motorik serebri dan bagian
otak lainnya.

Serebelum tersusun atas substansia grisea yang terletak
di tepi
(dinamakan korteks serebeli). Korteks serebeli tersusun
atas tiga lapisan :
1.
Lapisan molekular
lapisan terluar dan langsung terletak dibawah lapisan pia dan
sedikit mengandung sel saraf kecil, seratsaraf
tak bermielin, sel stelata, dan dendrit sel Purkinje dari lapisan
di bawahnya.
2.
Lapisan Purkinje
disebut lapisan ganglioner, banyak sel-sel
Purkinje yang besar dan
berbentuk seperti botol dan khas untuk serebelum. Dendritnya bercabang
dan memasuki lapisan molekular, sementara akson termielinasi
menembus substansia alba.
3.
Lapisan granular
lapisan terdalam
dan tersusun atas sel-selkecil dengan 3-6 dendrit naik ke lapisan
molekular dan terbagiatas 2 cabang lateral.
c) Medulla Spinalis

Merupakan lanjutan dari medula
oblongata.
Berada di dalam rongga ruas-ruas tulang
punggung yang memanjang mulai dari ruas leher sampai tulang pinggang.
Pada potongan melintang tampak dua bagian, yaitu :
Pada potongan melintang tampak dua bagian, yaitu :
1.
Bagian Luar
Warna
Putih : mengandung dendrit dan akson
Tersusun
atas serabut saraf, kumpulan dari serabut saraf membentuk urat saraf yang
terdiri dari dua saluran yaitu :
a. Saluran
Asendens : membawa impuls ke otak
b. Saluran
Desendens : membawa impuls yang berupa perintah dari otak
2.
Bagian Dalam
Warna
kelabu
Tersusun
atas badan sel saraf
Berbentuk
kupu-kupu (seperti huruf H)
Terdapat
:
a. 2
Akar Dorsal : mengarah ke arah punggung, mengandung neuron sensorik, terdapat
badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari
sel saraf sensorik akan menghantarkannya ke saraf motorik.
b. 2
Akar Ventral : letak mengarah ke abdomen, mengandung b adan neuron motorik dan
akson yang menuju ke efektor, impuls motorik keluar dari sumsum tulang belakang
melalui ventral.

Semua
akson sensorik masuk ke medula spinalis melalui ganglion akar dorsal.
-
Traktus spinotalamikus lateral :
menghantarkan impuls modalitas nyeri & suhu
-
Traktus spinotalamikus anterior : menghantarkan impuls modalitas geli, gatal,
sentuhan, & tekanan
-
Traktus lemniscus medialis-kolumna posterior: menghantarkan impuls yg
membedakan 2 titik, stereognosis, propriosepsi, membedakan berat, & sensasi
getaran.
Semua
akson motorik keluar dari medula spinalis melalui akar ventral
JALUR
PIRAMIDAL/LANGSUNG (melalui piramid medula oblongata; langsung dari korteks
motorik)
-
Traktus kortikospinal lateral :
mengontrol ketepatan kontraksi otot2 di ujung ekstermitas
-
Traktus kortikospinal anterior : mengkoordinasi gerakan rangka aksial
dengan mengontrol kontraksi otot di
leher & lengan
-
Traktus kortikobulbar : mengontrol gerakan volunter kepala & leher
JALUR
EKSTRAPIRAMIDAL/ TAK LANGSUNG (sirkuit polisinaps di ganglia basal, thalamus,
& serebelum)
-
Traktus vestibulospinal (mulai dari nukleus vestibular) : mengatur tonus otot
dalam berepons terhadap gerakan kepala; berperan dalam keseimbangan
-
Traktus tektospinal (mulai dari kolikulus superior) : mengontrol gerakan kepala dalam berespons terhadap
rangsang visual.

Medulla spinalis terdiri dari 3 lapisan,
antara lain :
1.
Substansia grisea, terdiri dari
A. Perikarion-perikarion
B. Sabut-sabut
saraf tak bermielin
C. Beberapa
pembulu darah kecil
D. Sel
neuroglianya terdiri dari astroit protoplasmic, oligodendrosit, mikroglia dan
sel ependym.
2.
Substansia alba, terdiri dari
A. Sabut-sabut
bermielin
B. Beberapa
pembulu darah
C. Sel
neuroglianya terdiri dari astroit fibrous, oligodendrosit dan mikroglia.
3.
Meninges, terdiri dari
A. Durameter
(luar), merupakan jaringan fibrous yang tebal
B. Araknoidmeter
(tengah), merupakan jaringan fibrous
yang lebih tipis dengan durameter. Ruangan antara durameter dan araknoidmeter
dipisahkan oleh ruang subdural.
C. Piameter
(dalam), meruapakn lapisan yang paling dalam, lebih tipis daripada lapisan
araknoidmeter dan melekat erat pada permukaan medulla spinalis. Pada lapisan
piameter ini banyak terdapat pembulu darah. Antara lapisan araknoidmeter dan
piameter dipisahkan oleh spatium subarachoideum yang berisi cairan
cerebrospinal. Komposisi cairan cerebrispinal menyerupai plasma darah dan
cairan interstisial namun tidak mengandung protein.
2.
Sistem
Saraf Tepi
a) Sabut-sabut Saraf
Terdapat dua macam sabut saraf, yaitu :
1.
Sabut saraf Tak Bermielin : Pada Sistem Saraf Pusat
diliputi sel glia sebagai akson kecil, sedangkan pada Sistem Saraf Tepi
diliputi oleh selubung yaitu Sel Schawn (Neurolema)
2.
Sabut Saraf Bermielin : Pada Sistem
Saraf Pusat selubung mielinnya dari sel sel glia, sedangkan pada Sistem saraf Tepi
selubung mielinnya mempunyai struktur sama dengan sel schawn.
b) Ganglia

Prinsip utama ganglion
dalam pengaturan motorik adalah kerjanya yang berkaitan dengan sistem
kortikonspinal untuk mengatur pola-polaaktivitas motorik yang kompleks. Sebagai
contoh adalah pada waktu menulis huruf. Bila terjadi kerusakan yang serius
terhadap ganglion, sistem kortika dari pengatur motorik tidak dapat lagi
menyediakan pola-pola ini. Tentunya, tulisan orang tersebut menjadi kasar,
seperti jika seseorang baru pertama kali diajari bagaimana menulis.
Pola lain yang
memerlukan ganglion adalah memotong kertas dengan menggunakan gunting, memotong
kuku, memasukkan bola basket dengan melompat, menendang bola kaki, memukul bola
kasti, gerakan mengibaskan kotoran, kebanyakan aspek vokalisasi,
gerakan-gerakan mata yang terkendali, dan gerakan-gerakan terlatih lain yang
kebanyakan dilakukan di bawah sadar.

Ada 2 macam :
1.Ganglion kraniospinal / sensoris
- radiks posterior saraf spinal
- sel ganglion pseudounipoler dan
mempunyai 1 akson yang bercabang sebagai
huruf T
- tdp sel ganglion kecil dgn sabut saraf tak bermielin dari ganglion yg besar dgn sabut saraf mielin
- tiap sel ganglion diliputi oeh selapis sel pipih yaitu sel satelit/ampisit yang analog dengan sel neuroglia pada sistem saraf tepi
- tdp sel ganglion kecil dgn sabut saraf tak bermielin dari ganglion yg besar dgn sabut saraf mielin
- tiap sel ganglion diliputi oeh selapis sel pipih yaitu sel satelit/ampisit yang analog dengan sel neuroglia pada sistem saraf tepi
2. Ganglion Otonomik / viseral dari
motoril
- Sel ganglionnya lebih kecil daripada
sel ganglion kraniospinal
- Sel ganglionnya multipoler meskipun
ada yang unipoler maupun bipolar
Letak :
- Plexus submucous dari Meissner
- Plexus Aurbach
- Sebagai ganglia kranial dalam dinding
organ
c) Akhiran Saraf
Terdiri atas :
1.
Akhiran saraf eferen mensarafi :
a.
Efektor somatik : otot skelet untuk
kontraksi
b.
Efek otonomik : usus, jantung, kelenjar
2.
Akhiran saraf eferen, merupakan
a.
Akhiran saraf bebas dalam jaringan :
-
Terdapat pada hampir seluruh epitel,
jaringan ikat, otot dari membrana serosa
-
Tidak diliputi oleh selubung jaringan
ikat
-
Kebanyakan untuk rasa sentuhan dari
sakit
b.
Akhiran saraf dengan bentukan khusus
-
Bentuk dan ukuran tidak sama
-
Diliputi suatu kapsul jaringan ikat
Ø Sistem
Saraf Somatis
Sistem saraf somatis terdiri dari
bagian somatis sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi yang dibentuk oleh
komponen sensoris dan motoris. Sistem somatosensoris menyalurkan persasaan
rabaan, sakit, suhu, dan sikap dari reseptor sensoris. Sistem somatosensoris
memungkinkan terlaksananya gerak yang dikehendaki melalui kontraksi otot
rangka.
Ø Sistem
Saraf Otonom
Sistem saraf otonom terdiri dari
saraf eferen dan aferen, serta ganglion.
Saraf eferen berhubungan dengan penyaluran impuls ke jantung (otot
jantung), otot polos, dan kelenjar. Saraf eferen mengurus penyaluran rangsang
sakit viseral, dan merupakan komponen aferen refleks otonom terdiri dari dua
bagian:
·
Sistem parasimpatis untuk merangsang
kegiatan yang menghemat dan memulihkan sumber daya tubuh (misalnya jantung
berdenyut lebih lambat)
·
Sistem simpatis untuk memacu kegiatan
yang dikerjakan pada keadaan menegangkan, sewaktu jantung berdenyut cepat dan
tekanan darah menaik
Setiap bagian sistem saraf otonom
terdiri dari dua bagian neuron. Badan sel pertama neuron terletak dalam kolumna
visero-eferen di otak dan medulla spinalis, sedangkan badan sel neuron kedua
terdapat dalam ganglion otonom di luar sistem saraf pusat. Akson neuron pertama
disebut serabut prasinaps atau praganglion, dan akson neuron kedua dikenal
sebagai serabut pascasinaps atau pascaganglion.
Ø Sistem
Parasimpatis
Badan
neuron praganglion sistem parasimpatis terletak dalam nukleus saraf otak III,
VII, IX, dan X di batang otak (truncus encephali)dan dalam segmen medulla
spinalis sakral kedua, ketiga, dan keempat. Serabut praganglion mengadakan
sinaps dengan badan sel neuron pascaganglion dalam ganglion parasimpatis di
dekat atau dalam dinding organ sasaran. Serabut pascaganglion merangsang otot
atau kelenjar organ bersangkutan.
Ø Sistem
Simpatis
Badan
sel neuron praganglion sistem simpatis terletak dalam cornu laterale substantea
grisea medulla spinalis , mulai dari segmen torakal pertama sampai segmen
lumbal kedua atau ketiga. Badan sel neuron pascaganglion terletak dalam
ganglion paravertebral dan prevertebral.
Ganglion
paravertebral teratur di sebelah kanan dan kiri columna vertebralis, dan di
masing-masing sisi saling berhubungan melalui truncus sympathicus yang
terbentang antara dasar cranium dan os coccygis untuk bersatu pada ganglion
impar. Ganglion prevertebral terletak dalam pleksus saraf yang meliputi
cabang-cabang utama pars abdominalis aortae (misalnya ganglion coeliacum).
Akson
neuron simpatis membawa serabut praganglion melalui radix ventralis dan ramus
communicans albus ke ganglion paravertebral. Di sini serabut praganglioner
dapat
·
Langsung bersinaps dengan neuron
pascaganglion
·
Menaik atau menurun dalam truncus
sympathicus untuk mengadakan sinaps dalam ganglion paravertebral lebih kranial
atau lebih kaudal
·
Melewati ganglion paravertebral tanpa
bersinaps untuk membentuk nervus splanchnicus (serabut praganglion nervus
splanchnicus mengadakan sinaps dalam salah satu ganglion prevertebral)
·
Langsung memasuki glandula suprarenalis
(anak ginjal, kelenjar adrenal) tanpa bersinaps dalam ganglion paravertebral
atau prevertebral
Serabut pascaganglion disalurkan
·
Melalui ramus communicans griseus ke
saraf spinal untuk mencapai pembuluh darah, kelenjar keringat dan musculus
arrector pili yang terdapat pada rambut
·
Ke kepala dan leher dengan mengadakan
sinaps dalam ganglion cervicale superius, lalu membentuk pleksus saraf
sekeliling pembuluh darah untuk daerah ini
·
Ke visera thorax (misalnya jantung,
paru-paru) melalui plexus cardiacus, plexus pulmonalis, dan plexus oesophageus
·
Dari ganglion prevertebral ke visera
abdomen dan pelvis (misalnya intestinum dan vesica urinaria) melalui pleksus
saraf sekeliling cabang pars abdominalis aorta (misalnya plexus coeliacus
sekeliling truncus coeliacus)
2.2. Mekanisme Terjadinya Impuls
2.3. Mekanisme Terjadinya Gerak Refleks
Mekanisme gerak refleks
merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-tiba diluar kesadaran kita.
Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks dari rangsangan yang
berbahaya, merupakan suatu reaksi perlindungan. Refleks ekstersor (polisinaps),
rangsangan dari reseptor perifer yang mulai dari fleksi pada anggota badan dan
juga berkaitan dengan ekstensi anggota badan. Gerak refleks merupakan bagian
dari mekanisme pertahanan pada tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak
sadar. Misalnya, menutup mata pada saat terkena debu. Untuk terjadinya gerak
refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut :
==== organ sensorik yang menerima
inspuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang menghantarkan inpuls
tersebut menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan selanjutnya serabut
sel-sel akan meneruskan impuls-impuls menuju subtansi pada kornu posterior
medula spinalis. Sumsum tulang belakang menghubungkan antara impuls menuju
kornu medula spinalis. Sel saraf motorik menerima impuls dan menghantar
impuls-impuls ini melalui serabut motorik. Organ motorik melaksanakan gerakan
karena dirangsang oleh impuls saraf motorik. Kegiatan sistem saraf pusat
ditampilkan dalam bentuk kegiatan refleks. Dengan kegiatan refleks dimungkinkan
terjadinya hubungan kerja yang baik dan tepat antara berbagai organ yang
terdapat dalam tubuh manusia dan hubungandengan keadaan sekelilingnya. Refleks
adalah respons yang tidak berubah terhadap perangsangan yang terjadi diluar
kehendak. Rangsangan ini merupakan reaksi organisme terhadap perubahan
lingkungan baik di dalam maupun di luar organisme yang melibatkan sistem saraf
pusat dalam memberikan jembatan(respons) terhadap rangsangan. Refleks dapat
berupa peningkatan maupun penurunan kegiatan, misalnya kontraksi atau relaksasi
otot, kontraksi ataudilatasi pembuluh darah. Dengan adanya kegiatan refleks,
tubuh mampumengadakan reaksi yang cepat terhadap berbagai perubahan diluar
maupundidalam tubuh disertai adaptasi terhadap perubahan tersebut. Dengan
demikianseberapa besar peran sistem saraf pusat dapat mengatur kehidupan
organisme.
2.4. Mekanisme Terjadinya Nyeri
Bila otot berkontraksi secara ritmis,
tetapi suplai darah tetap adekuat, biasanya tidak akan timbul nyeri. Namun,
apabila suplai darah ke otot tersumbat,
kontraksi dengan segera akan menimbulkan nyeri. Setelah kontrkasi berhenti, nyeri tetap ada sampai aliran darah
kembali pulih.
Pengamatan ini sulit diinterpretasikan
kecuali dengan pelepasan bahan kimia (“faktor P”) sewaktu kontraksi, yang menyebabkan nyeri
apabila kontrkasi lokalnya cukup tinggi. Apabila suplai darah telah pulih,
bahan kimia nin dapat dibersihkan atau dimetabolisasi. Identitas faktor P ini
masih belum di pastikan, tetapi mungkin adalah K+.
Secara klinis, nyeri substernum yang
timbul apabila miokardium mengalami iskemia selama olahraga (angina pektoris)
adalah contoh klasik penimbunan faktor P di dalam otot. Angina menghilang
dengan istirahat karena hal ini menurunkan kebutuhan O2 miokardium
dan memungkinkan aliran darah membersihkan faktor ini. Klaudikasio intermiten,
nyeri yang timbul di otot-otot betis pada ornag yang menderita penyakit
pembuluh darah oklusi, adalah contoh yang lain. Nyeri ini biasanya muncul saat
pasien berjalan dan menghilang apabila ia berhenti (Ganong)
Rasa nyeri terutama merupakan mekanisme
pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila
ada jaringan rusak, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara
memindahkan stimulus nyeri. Bahkan aktifitas ringan saja, misalnya duduk dengan
bertopang dengan tulang iskhia selama jangka waktu lama, dapat menyebabkan
kerusakan jaringan, sebab aliran darah yang ke kulit berkurang akibat
tertekannya kulit oleh berat badan.
Pada umumnya nyeri akan terasa bila
seseorang menerima panas dengan suhu di atas 45oC. Ini juga
merupakan suhu di mana jaringan mulai mengalami kerusakan akibat panas,
sebenarnya jaringan akan seluruhnya rusak jika suhu menetap di atas nilai ini.
Oleh karena itu, jelaslah sekarang bahwa rasa nyeri yang di sebabkan oleh panas
sangat erat hubungannya dengan kemampuan panas untuk merusak jaringan.
Selanjutnya, intensitas rasa nyeri juga
berhubungan erat dengan kecepatan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
pengaruh lain selain panas infeksi
bakteri, iskemia jaringan, kontusio jaringan, atau oleh penyebab
lainnya.
Ada empat tahapan terjadinya nyeri :
v Transduksi
Merupakan proses dimana suatu stimuli
nyeri (noxious stimuli) dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan
diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan),
suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri).
Terjadi perubahan patofisiologis karena
mediator-mediator nyeri mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma
sehingga lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer
yaitu menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh
mediator-mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri
dapat timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri misalnya
rabaan.
Sensitisasi perifer ini mengakibatkan
pula terjadinya sensitisasi sentral yaitu hipereksitabilitas neuron pada
spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intraseluler yang
menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama.Rangsangan nyeri diubah menjadi
depolarisasi membrane reseptor yang kemudian menjadi impuls syaraf.
v Transmisi
Merupakan proses penyampaian impuls
nyeri dari nosiseptor saraf perifer melewati kornu dorsalis, dari spinalis
menuju korteks serebri. Transmisi sepanjang akson berlangsung karena proses
polarisasi, sedangkan dari neuron presinaps ke pasca sinaps melewati
neurotransmitter.
v Modulasi
Adalah proses pengendalian internal oleh
sistem saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls
nyeri.Hambatan terjadi melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan
bermacam-macam neurotansmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel
otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey
(PAG) dan menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat
spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis
atau supraspinalis.
v Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi
susunan saraf pusat tentang impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan
hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan
pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat
ringannya nyeri yang dirasakan.
KESIMPULAN
Sistem saraf merupakan
suatu susunan yang mengatur segala aktifitas
yang kita lakukan atau tubuh kita lakukan. System syaraf itu sendiri dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu badan sel, dendrite, dan nodus renvier. Selain itu
Saraf dibagi menjadi beberapa bagian yaitu susunan saraf pusat yang terdirir
dari medulla spinalis ( sumsum tulang belakang), Srebrum (Otak besar), dan
selebelum (otak kecil. Lalu yang kedua ialah susunan saraf Tepi yang terdiri
dari Saraf, Ganglia, dan ujung saraf. Dan yang terakhir ialah Sisitem saraf
otonom (tak sadar) yang terdiri dari saraf simpatik dan saraf tidak simpatik.
Selain itu sel
saraf (Neuron) berdasarkan ukuran bentuk
cabangnya dibedakan menjadi 3 bagian yaitu neuron multipolar, neuron bipolar,
dan neuron pseudopolar. Lalu Neuron berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 3
yaitu neuron sensorik (aferen), neuron motorik (eferen), dan interneuron.
Selain itu neuron sensorik menurut jenis reseptor dibagi menjadi 5 bagian yaitu
mekanoreseptor, termoreseptor, nosireseptor, reseptor elektromagnetik, dan
kemoreseptor.
Otot-otot yang melakukan kontraksi juga
dipengaruhi oleh system saraf, maka dari itu jika dilakukan kontraksi yang
berlebihan akan menimbulkan nyeri akibat penumpukan asam laktat. Selain itu
nyeri juga bias disebabkan karena adanya inflemasi di bagian tubuh.
daftar pustaka
BalasHapusC.Guyton Arthur. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa Ken Ariata Pengadi et al. Edisi 7. Jakarta : EGC, 1994:93-95
Setiadji. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: Graha Ilmu
Ganong, W.F. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC
Junqueira, Carlos Luiz, Carneiro, Jose. 2007. Histologi Dasar: Atlas dan Teks. Alih Bahasa Jan Tambayong. Jakarta: EGC
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi: Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
thanks ya ...
BalasHapusteman sejawat