LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
TOPIK : KEGAWAT DARURATAN MEDIK
DENTAL
NAMA : TRIANIKE NOR AINI
NIM :
121610101002
LABORATORIUM FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2012
DAFTAR
ISI
JUDUL........................................................................................... 1
Daftar isi........................................................................................ 2
BAB I. DASAR
TEORI................................................................. 3
BAB II. HASIL
PERCOBAAN.................................................... 19
BAB III.
PEMBAHASAN........................................................... 21
BAB IV.
KESIMPULAN............................................................. 23
BAB V. DAFTAR
PUSTAKA.................................................... 24
BAB I
DASAR TEORI
PPGD adalah Sebagai
tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap
memperhatikan kontrol servikal.
Ø Tujuan :
Tindakan
resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya
untuk menyelamatkan hidup (hudak dan gallo,1997). Tindakan resusitasi ini
dimulai dengan penilaian secara tepat kradaan dan kesadaran penderita kemudian
di lanjutkan dengan pemberian bantuan hidup dasar (Basic life support) yang
bertujuan untuk oksigenasi darurat. (AHA, 2003).
Tujuan tahap
II (Advance life support) adalah untuk memulai kembali sirkulasi yang spontan,
sedangkan tujuan tahap III (Prolonged life support) adalah pengelolahan
intensif pasca resusitasi, Hasil akhir dari tindakan resusitasi akan sangat
tergantung pada kecepatan dan ketepatan penolongpada tahap I dalam memberikan
bantuan hidup dasar.
Tujuan utama
resusitasi kardiopulmonar yaitu melindungi otak secara manual dari kekurangan
oksigen, lebih baik terjadi sirkulasi walaupun dengan darah hitam daripada
tidak sama sekali. Sirkulasi untuk menjamin oksigenasi yang adekuat sangat
diperlukan dengan segera karena sel – sel otak menjadi lumpuh apabila oksigen ke
otak terhenti selama 8 – 20 detik dan akan mati apabila oksigen terhenti selama
3- 5 menit (tjokronegoro, 1998). Kerusakan berupa kecacatan atau bahkan
kematian.
Ø Fase
Resusitasi jantung paru
Pembagian
fase ini dimaksudkan agar memudahkan dalam latihan dan mengingat tahap yang
harus dilakukan. Perlu diperhatikan juga kesiapan penolong, apakah mampu atau
tidak dan lingkungan sekitar, perlu tidaknya menjauhkan pasien atau penderita
dalam lingkungan yang berbahaya.
a. Fase I :
Basic Life Support (BLS), yaitu prosedur pertolongan darurat dalam mengatasi
obstruksi jalan nafas, henti jantung dan bagaimana melakukan RJP secara benar.
Dalam fase ini terdiri dari langkah yang di A (airway), B (breathing), C
(circulation).
- A (Airway)
: Menjaga jalan nafas tetap terbuka
- B
(Breathing) : Ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat
- C
(Circulation) : Mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru
b. Fase II :
Advance Life Support (ALS), yaitu BLS ditambah dengan D (drug) dan E (EKG).
- D ( drugs
) : Pemberian obat-obatan termasuk cairan.
- E ( EKG )
:Diagnosis elektrokardiografis secepat mungkin untuk mengetahui fibrilasi
ventrikel.
c. Fase III
: Prolonged Life Support (PLS), yaitu penambahan dari BLS dan ALS, G (gauge), H
(head), I (Intensive care).
- G ( Gauge
) : Pengukuran dan pemeriksaan untuk monitoring penderita secara terus
menerus, dinilai, dicari penyebabnya dan kemudian mengobatinya.
- H
(Head) : Pindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak dan sistem saraf dari
kerusakan lebih lanjut akibat terjadinya henti jantung, sehingga dapat
dicegah terjadinya neurologic yang permanen.
- I
(Intensive Care) : Perawatan intensif di ICU, yaitu : trakheostomi, pernafasan
dikontrol terus menerus, sonde lambung, pengukuran pH, pCO2 bila diperlukan dan
tunjangan sirkulasi mengedalikan jika terjadinya kejang.
Sebelum
melakukan tahapan A (airway) terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada
pasien/korban, yaitu:
- Memastikan
keamanan lingkungan. Aman bagi penolong maupun aman bagi pasien/korban
itu sendiri.
- Memastikan
kesadaran pasien/korban. Dalam memastikan pasien/korban dapat dilakukan
dengan menyentuh atau menggoyangkan bahu pasien/korban dengan lembut dan
mantap, sambil memanggil namanya atau Pak!!!/ Bu!!!!/ Mas!!!/Mbak!!!, dll.
- Meminta
pertolongan Bila diyakini pasien/korban tidak sadar atau tidak ada respon
segera minta pertolongan dengan cara : berteriak ”tolong !!!!” beritahukan
posisi dimana, pergunakan alat komunikasi yang ada, atau aktifkan bel/sistem
emergency yang ada (bel emergency di rumah sakit).
-
Memperbaiki posisi pasien/korban. Tindakan BHD yang efektif bila
pasien/korban dalam posisi telentang, berada pada permukaaan yang rata/keras
dan kering. Bila ditemukan pasien/korban miring atau telungkup pasien/korban
harus ditelentangkan dulu dengan membalikkan sebagai satu kesatuan yang utuh
untuk mencegah cedera/komplikasi.
- Mengatur
posisi penolong.
Posisi
penolong berlutut sejajar dengan bahu pasien/korban agar pada saat memberikan
batuan nafas dan bantuan sirkulasi penolong tidak perlu banyak pergerakan.
Gambar 1.
Cek kesadaran dan Aktifkan Sistem Emergensi
1. A :
(AIRWAY) Jalan Nafas
1.
Pemeriksaan Jalan Nafas
Untuk
memastikan jalan nafas bebas dari sumbatan karena benda asing. Bila sumbatan
ada dapat dibersihkan dengan teknik cross finger ( ibu jari diletakkan berlawan
dengan jari telunjuk pada mulut korban).
Cara
melakukan tehnik cross finger
a. Silangkan
ibu jari dan telunjuk penolong
b. Letakkan
ibu jari pada gigi seri bawah korban/pasien dan jari telunjuk pada gigi seri
atas
c. Lakukan
gerakan seperti menggunting untuk membuka mulut pasien/korban.
d. Periksa
mulut setelah terbuka apakah ada cairan,benda asing yang menyumbat jalan nafas.
2. Membuka
Jalan Nafas
Pada
pasien/korban tidak sadar tonus otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan
menutup faring dan laring sehingga menyebabkan sumbatan jalan nafas. Keadaan
ini dapat dibebaskan dengan tengadah kepala topang dahi (Head tild Chin lift)
dan manuver pendorongan mandibula (Jaw thrush manuver).
Cara
melakukan tehnik Head tilt chin lift.
a. Letakkan
tangan pada dahi pasien/korban
b. Tekan
dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan penolong
c.
Letakkan ujung jari tangan lainnya dibawah bagian ujung tulang rahang
pasien/korban
d.
Tengadahkan kepala dan tahan/tekan dahi pasien/korban secara bersamaan sampai
kepala pasien/korban pada posisi ekstensi.
Cara
melakukan tehnik jaw thrust manuver
a. Letakkan
kedua siku penolong sejajar dengan posisi pasien/korban
b. Kedua
tangan memegang sisi kepala pasien/korban
c. Penolong
memegang kedua sisi rahang
d. Kedua
tangan penolong menggerakan rahang ke posisi depan secara perlahan
e.
Pertahankan posisi mulut pasien/korban tetap terbuka
Gambar 2.
Pembebasan Jalan Nafas teknik Head tilt chin lift (a) dan tehnik
jaw thrust manuver (b)
(a)
(b)
2. B : (
BREATHING) Bantuan Nafas
Prinsipnya
adalah memberikan 2 kali ventilasi sebelum kompresi dan memberikan 2 kali
ventilasi per 10 detik pada saat setelah kompresi. Terdiri dari 2 tahap :
1.
Memastikan pasien/korban tidak bernafas
Dengan cara
:
- Look :
Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut
simetris?
mendengar
bunyi nafas (listen): Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada
suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan
sebagian).
- Feel :
Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari korban ?
Jika
ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan
pasien itu dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12 -20 kali permenit).
Jenis-jenis
suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :
a. Snoring :
suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas
bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah
pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2
jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift
tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke
bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg:
gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut
Gambar
3 Cross Finger
b. Gargling
: suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang
disebabkan
oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger (seperti di atas), lalu
lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut
dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).
Gambar
4 Finger Sweep
c. Crowing :
suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada
trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin
lift atau jaw thrust saja.
Jika suara
napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas, maka dapat
dilakukan :
a.Back Blow
sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah
diantara tulang scapula di punggung
b.Heimlich
Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan ke
arah belakang atas.
Gambar
5. Heimlich Maneuver
c.Chest
Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan
diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam atas.
Gambar 6. Chest Thrust
Listen :
- Jika
frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look
Listen and Feel.
- Jika
frekuensi nafas < 12-20 kali permenit, berikan nafas bantuan (detail tentang
nafas bantuan dibawah)
- Jika
pasien mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas buatan
dibawah)
Setelah
diberikan nafas buatan maka lakukan permeriksaan nadi karotis yang terletak di
leher (periksa dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di tengah tenggorokan,
lalu gerakkan jari ke samping, sampai terhambat oleh otot leher
(Sternocleidomastoideus), rasakanlah denyut nadi karotis selama 10 detik.
Gambar 7.
Cek pernafasan
Pengecekan
Nadi Karotis
- Jika tidak
ada denyut nadi maka lakukanlah Pijat Jantung (figure D dan E , figure F pada
bayi), diikuti dengan nafas buatan (figure A, B dan C),ulang sampai 6 kali
siklus pijat jantung-napas buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung.
Gambar 8
Pijat
Jantung (figure D dan E, figure F pada bayi),diikuti dengan nafas buatan
(figure A,B dan C).
- Cek
lagi nadi karotis (dengan metode seperti diatas) selama 10 detik, jika teraba
lakukan Look Listen and Feel (kembali ke poin 11) lagi. jika tidak teraba
ulangi poin nomer 17.
- Pijat
jantung dan nafas buatan dihentikan jika
a.Penolong
kelelahan dan sudah tidak kuat lagi
b.Pasien
sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)
c.Bantuan
sudah datang
d.Teraba
denyut nadi karotis
-
Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock
pada pasien :
a.Denyut
nadi >100 kali per menit
b.Telapak
tangan basah dingin dan pucat
c.Capilarry
Refill Time > 2 detik ( CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku
pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu
yg dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi)
- Jika
pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki
pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke
jantung
gambar 9,
Shock Position
-
Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock
menghilang
-
Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan
cara menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat
mengakibatkan jaringan yg dibebat mati)
-
Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan
Look Listen and Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara
tiba-tiba.
Nafas
Bantuan
Nafas
Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi
nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per menit,
maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga total
nafas permenitnya menjadi normal (12 kali).
1.
Memberikan bantuan nafas
Bantuan
nafas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung, mulut ke stoma
(lubang yang dibuat pada tenggorokan). Bantuan nafas diberikan
sebanyak 2 kali, waktu tiap kali hembusan 1,5 – 2 detik dan volume 700 ml –
1000 ml (10 ml/kg atau sampai terlihat dada pasien/korban mengembang. Konsentrasi
oksigen yang diberikan 16 – 17 %. Perhatikan respon pasien.
Prosedurnya
:
1. Posisikan
diri di samping pasien
2. Jangan
lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi gunakan lah kain sebagai
pembatas antara mulut anda dan pasien untuk mencegah penularan penyakit –
penyakit.
3. Sambil
tetap melakukan chin lift, gunakan tangan yang tadi digunakan untuk head tilt
untuk menutup hidung pasien (agar udara yg diberikan tidak terbuang lewat
hidung).
4. Mata
memperhatikan dada pasien
5. Tutupilah
seluruh mulut korban dengan mulut penolong
Cara
memberikan bantuan pernafasan :
i. Mulut ke
mulut
Merupakan
cara yang cepat dan efektif. Pada saat memberikan penolong tarik nafas
dan mulut penolong menutup seluruhnya mulut pasien/korban dan hidung
pasien/korban harus ditutup dengan telunjuk dan ibu jari penolong. Volume udara
yang berlebihan dapat menyebabkan udara masuk ke lambung.
Gambar 10. Pemberian nafas dari mulut ke mulut
ii. Mulut ke
hidung
bantuan dari
mulut korban tidak memungkinkan,misalnya pasien/korban mengalami trismus atau
luka berat. Penolong sebaiknya menutup mulut pasien/korban pada saat
memberikan bantuan nafas.
Gambar
11. Pernafasan dari mulut ke hidung
iii. Mulut
ke stoma
Dilakukan
pada pasien/korban yang terpasang trakheostomi atau mengalami laringotomi.
Gambar 12. Pernafasan
mulut ke stoma.
3. C :
(CIRCULATION) bantuan sirkulasi
Prosedur
pijat jantung :
1. Posisikan
diri di samping pasien
2. Posisikan
tangan seperti gambar di center of the chest (tepat ditengah-tengah dada)
Gambar 13. Posisi Tangan di dada Pasien
3. Posisikan
tangan tegak lurus korban seperti gambar
Gambar 14. posisi tangan tegak lurus
4.Tekanlah
dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip joint)
5.Tekanlah dada
kira-kira sedalam 4-5 cm (seperti gambar kiri bawah)
Gambar 15.
cara kompres dada
6. Setelah
menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal (seperti
gambar kanan atas)
7. Satu set
pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan menghitung
dapat dihitung dengan cara menghitung sebagai berikut :
Satu Dua
Tiga Empat SATU
Satu Dua
Tiga Empat DUA
Satu Dua
Tiga Empat TIGA
Satu Dua
Tiga Empat EMPAT
Satu Dua
Tiga Empat LIMA
Satu Dua
Tiga Empat ENAM
8. Prinsip
pijat jantung adalah :
a. Push deep
b. Push hard
c. Push fast
d. Maximum
recoil (berikan waktu jantung relaksasi)
e. Minimum
interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh
diinterupsi).
4. D :
(DEFIBRILATION) terapi listrik
Terapi
dengan memberikan energi listrik dilakukan pada pasien/korban yang penyebab
henti jantung adalah gangguan irama jantung. Penyebab utama adalah ventrikel
takikardi atau ventrikel fibrilasi. Pada penggunaan orang awam tersedia AED.
Penilai
ulang :
Sesudah 4
siklus ventilasi dan kompresi kemudian pasien/korban dievaluasi kembali :
i. Jika
tidak ada denyut jantung dilakukan kompresi dan bantuan nafas dengan ratio 30 :
2
ii. ¬Jika
ada nafas dan denyut jantung teraba letakkan korban pada posisi
sisi mantap
iii. Jika
tidak ada nafas tetapi teraba denyut jantung, berikan bantuan nafas sebanyak 12
kali permenit dan monitor denyut jantung setiap saat.
Ø Perlindungan
Diri Penolong
Dalam
melakukan pertolongan pada kondisi gawat darurat, penolong tetap harus senantiasa
memastikan keselamatan dirinya sendiri, baik dari bahaya yang disebabkan karena
lingkungan, maupun karena bahaya yang disebabkan karena pemberian pertolongan.
Ø Poin-poin
penting dalam perlindungan diri penolong :
1. Pastikan
kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan pasien
2. Minimasi
kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam memberikan napas bantuan
sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk melindungi
penolong dari penyakit yang mungkin dapat ditularkan oleh korban
3. Selalu
perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama adalah
tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit,
justru akan membahayakan penolong sendiri.
Ø Airway
Management (Pemeliharaan jalan napas) dengan Alat
Cara ini
dilakukan bila pengelolaan jalan nafas tanpa alat tidak berhasil dengan
sempurna dan fasilitas tersedia.
Peralatan
dapat berupa :
a.
Pemasangan Pipa (tube)
• Dipasang
jalan nafas buatan dengan pipa, bisa berupa pipa orofaring (mayo), pipa
nasofaring atau pipa endotrakea tergantung kondisi korban.
• Penggunaan
pipa orofaring dapat digunakan untuk mempertahankan jalan nafas tetap terbuka
dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan
nafas terutama bagi penderita tidak sadar
• Pemasangan
pipa endotrakea akan menjamin jalan nafas tetap terbuka, menghindari aspirasi
dan memudahkan tindakan bantuan pernafasan
b.
Pengisapan benda cair (suctioning)
• Bila
terdapat sumbatan jalan nafas oleh benda cair. Pengisapan dilakukan dengan alat
bantu pengisap (pengisap manual atau dengan mesin)
• Pada
penderita trauma basis cranii maka digunakan suction yang keras untuk mencegah
suction masuk ke dasar tengkorak
c.
Membersihkan benda asing padat dalam jalan nafas
• Bila
pasien tidak sadar terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring maka
tidak mungkin dilakukan sapuan jari, maka digunakan alat Bantu berupa :
laringoskop, alat pengisap dan alat penjepit.
d. Membuka
jalan nafas
• Dapat
dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi
• Cara ini
dipilih bila pada kasus yang mana pemasangan pipa endotrakeal tidak mungkin
dilakukan, dipilih tindakan krikotirotomi dengan jarum. Untuk petugas medis
yang terlatih, dapat melakukan krikotirotomi dengan pisau atau trakeostomi.
e. Proteksi
servikal
• Dalam
mengelola jalan nafas, jangan sampai melupakan kontrol servikal terutama pada
multiple trauma atau tersangka cedera tulang leher.
• Dipasang
dari tempat kejadian. Usahakan leher jangan banyak bergerak. Posisi kepala
harus “in line” (segaris dengan sumbu vertikal tubuh)
Ø Spesifik
Penolong yang dapat Memberikan RJP
1. Penolong
yang tidak terlatih (Untrained lay rescuer)
untuk orang awam yang tidak berpengalaman
hanya kompresi dada yang dilakukan.
2. Penolong
yang terlatih (Trained lay rescuer)
Harus
memberikan kompresi dada untuk pasien SCA ( sudden cardiac arrest ) dan dapat
memberikan ventilasi dengan maka perbandingan 30 : 2.
3. Penyedia
pelayan kesehatan (Healthcare Provider)
Resusitasi
yang diberikan tergantung kasus yang dihadapi. Jika ada pasien yang lemas
ataupun yang mempunyai obstruksi jalan pernapasan dan mengalami penurunan
kesadaran, CPR juga dapat diberikan dengan kompresi dada sebanyak 30 kali dan
diteruskan dengan ventilasi. Jika menemukan pasien yang tidak responsif
atau tidak bernafas, asumsi SCA (Sudden Cardiac Arrest) selalu dilakukan.
Ø RJP pada
situasi khusus
1. Tenggelam
Tenggelam
merupakan penyebab kematian yang dapat dicegah. Keberhasilan menolong korban
tenggelam tergantung dari lama dan beratnya derajat hipoksia.
Gambar 20.
RJP pada korban tenggelam
Penolong
harus melakukan RJP terutama memberikan bantuan nafas, secepat mungkin setelah
korban dikeluarkan dari air. Setelah melakukan RJP selama 5 siklus barulah
seorang penolong mengaktifkan sistem emergensi. Manuver yang dilakukan untuk
menghilangkan sumbatan jalan nafas tidak direkomendasikan karena bisa
menyebabkan trauma, muntah dan aspirasi serta memperlambat RJP.
2. Hipotermi
Pada pasien
tidak sadar oleh karena hipotermi, penolong harus menilai pernafasan untuk
mengetahui ada tidaknya henti nafas dan menilai denyut nadi unuk menilai ada
tidaknya henti jantung atau adanya bradikardi selama 30-45 detik karena
frekuensi jantung dan pernafasan sangat lambat tergantung derajat hipotermi.
Jika korban
tidak bernafas, segera beri pernafasan buatan. Jika nadi tidak ada segera
lakukan kompresi dada. Jangan menunggu suhu tubuh menjadi hangat. Untuk
mencegah hilangnya panas tubuh korban, lepaskan pakaian basah, beri selimut
hangat jika mungkin beri oksigen hangat.
Ø Posisi sisi
mantap (Recovery Position)
Posisi ini
digunakan untuk korban yang tidak sadar yang telah bernafas normal dan
sirkulasi aman. Posisi ini dibuat untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka dan
mengurangi risiko sumbatan jalan nafas dan aspirasi. Caranya korban diletakkan
miring pada salah satu sisi tubuh dengan tangan yang dibawah berada di depan
badan.
BAB II
HASIL
PERCOBAAN
Pertanyaan
:
1.
Jelaskan
mengapa mahasiswa fakultas edokteran gigi memerlukan pengetahuan PPDG dan RJP?
2.
Apa
yang anda lakukan apabila anda temukan gigi tiruan pasien anda tertelan?
3.
Apa
gunanya metode black blow di bidang
kedokteran gigi?
4.
Apa
gunanya metode Heimlich Manuever di bidang kedokteran gigi?
5.
Apa
gunanya metode Chest thrust di bidang kedokteran?
6.
Apa
yang anda lakukan pada saat anda jumpai seseorang mengalami pingsan setelah
kecelakaan lalulintas? Jelaskan.
Jawab :
1. Mahasiswa
kedokteran gigi penting sekali memiliki pengetahuan tentang PPGD dan RGP karena
jika suatu saat pemeriksaan yang menyebabkan pasien tidak sadarkan diri dan
membutuhkan pertolongan pertama, maka kita sebagai dokter gigi dapat langsung
memberikan pertolongan pertama untuk menyelamatkan jiwa pasien sebelum akhirnya
diberikan perawatan yang sesuai dengan keadaan korban. selain itu, sebagai
orang yang paham tentang medis daripada masyarakat awam lainnya, ketika menemui
korban yang dalam kondisi gawat darurat tiba-tiba dijalan, kita dapat langsung
memberi pertolongan pertama.
2. Apabila
ada pasien yang tertelan gigi tiruannya, yang harus kita lakukan sebagai dokter
gigi adalah adalah memberikan PPDG diantaranya yaitu black blow maneuver atau
heimlich maneuver jika gigi tiruan sudah tertelan mencapai abdomen pasien.
3. Pertolongan
black blow maneuver dilakukan apabila terjadi kasus tersedak benda padat pada
pasien, seperti gigi tiruan atau benda lain serta ketika terjadi henti napas pada
pasien bayi atau anak-anak.
4.
Pertolongan
heimlich maneuver dilakukan apabila perawatan dengan metode black blow maneuver
tidak berhasil. Metode heimlich maneuver dilakukan penekanan pada ulu hati dan
dilakukan apabila benda padat sudah tertelan sudah sampai pada abdomen. Serta pertolongan
ini dilakukan untuk membebaskan jalan napas ketika terjadi henti napas pada
bayi, anak, dan orang dewasa untuk korban sadar dan tidak sadar.
5.
Metode
chest thrust bertunjuan untuk membebaskan jalan napas ketika terjadi henti
napas pada ibu hamil, bayi, atau obesitas.
6.
Jika
menjumpai pasien kecelakaan yang tidak sadarkan diri, kita bisa memberikan PPDG
dengan langkah awal pengkajian korban yang meliputi pernafasan dan peredaran
darahnya. Hal lain yang perlu diperiksa yaitu pupil mata dan denyut nadi pada
arteri carotis. Apabila korban tidak menunjukkan tanda-tanda kesadaran, maka
segera dilakukan nafas buatan dan meminta orang lain untuk menghubungi Layanan
Kedaruratan Medis (LKM).
PEMBAHASAN
Mahasiswa
kedokteran gigi penting sekali memiliki pengetahuan tentang PPGD dan RGP karena
nanti jika sudah lulus dari pendidikan dokter gigi (klinik) ataupun telah
menjadi dokter gigi, maka ketika menghadapi pasien yang tiba-tiba tidak
sadarkan diri ataupun dalam kondisi gawat darurat, kita dapat langsung
memberikan pertolongan pertama untuk menyelamatkan jiwa pasien sebelum akhirnya
diberikan perawatan yang sesuai dengan keadaan korban. Selain itu, sebagai
orang yang paham tentang medis daripada masyarakat awam lainnya, ketika menemui
korban yang dalam kondisi gawat darurat tiba-tiba dijalan, kita dapat langsung
memberi pertolongan pertama.
Pertolongan
black blow maneuver dilakukan apabila terjadi kasus tersedak benda padat pada
pasien. Apabila ada pasien yang tertelan gigi tiruannya, yang harus kita
lakukan sebagai dokter gigi adalah adalah memberikan PPDG yang selanjutnya
dilakukan pemeriksaan apakah gigi tiruan masih dapat diambil atau tidak. Ketika
masih bisa diambil dilakukan dengan metode jaw thrust dan sengan cara cross
finger untuk mmbuka mulut (menggunakan 2 jari yaitu ibu jari dan jari telunjuk
yang digunakan untuk chin lift, ibu jari mendorong rahang atas ke atas,
telunjuk menekan rahang bawah ke bawah) dan pindahkan gigi tiruan tersebut.
Namun, jika sudah tertlan dilakukan dengan metode black blow maneuver atau
heimlich maneuver saat gigi tiruan sudah tertelan mencapai abdomen pasien.
Pertolongan
black blow maneuver selain berguna saat terjadinya kasus tersedak benda padat,
pertolongan ini juga digunakan untuk membebaskan jalan napas saat terjadi henti
napas pada pasien bayi atau anak-anak.
Sedangkan pertolongan heimlich maneuver
dilakukan apabila perawatan dengan metode black blow maneuver tidak berhasil.
Metode black blow maneuver dan metode heimlich maneuver sebenarnya memiliki
fungsi yang sama, hanya saja pada metode heimlich maneuver dilakukan penekanan
pada ulu hati dan dilakukan apabila benda padat sudah tertelan sudah sampai
pada abdomen serta berfungsi untuk untuk membebaskan jalan
napas saat terjadi henti napas pada pasien bayi, anak-anak, dan orang dewasa
untuk korban sadar dan tidak sadar.
Metode chest thrust sebenarnya sama saja dengan
metode heimlich maneuver, hanya saja pada metode chest thrust yang ditekan adalah dada atau tulang rusuk.
Jika menjumpai pasien kecelakaan yang tidak sadarkan
diri, kita bisa memberikan PPDG dengan langkah awal pengkajian korban yang
meliputi pernafasan dan peredaran darahnya. Jika pasien pingsan, yang diperiksa
adalah pernafasannya melalui terangkatnya dada dengan metode Look, Listen and
Feel. Hal lain yang perlu diperiksa yaitu pupil mata dan denyut nadi pada
arteri carotis. 

Apabila korban tidak menunjukkan tanda-tanda
kesadaran, maka segera dilakukan nafas buatan dan meminta orang lain untuk
menghubungi Layanan Kedaruratan Medis (LKM).
BAB IV
KESIMPULAN
Mahasiswa
kedokteran gigi penting sekali memiliki pengetahuan tentang PPGD dan RGP karena
suatu saat ketika menghadapi pasien yang tiba-tiba tidak sadarkan diri ataupun
dalam kondisi gawat darurat dan membutuhkan pertolongan pertama, kita dapat
langsung memberikan pertolongan pertama untuk menyelamatkan jiwa pasien sebelum
akhirnya diberikan perawatan yang sesuai dengan keadaan korban.
BAB V
DAFTAR
PUSTAKA
Dobson,
Michael B; alih bahasa, Adji Dharma. 1994. Penuntun Praktis Anestesi (at the
district hospital ). Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Latief S.A.
2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Penerbit FKUI.
Jakarta.
Overview of
basic life support in infants and children. Diakses dari
http://www.uptodate.com/patients/content/topic.do?topicKey=~ZZjtriYsdaYe/
http://akatsuki-ners.blogspot.com/2010/12/pertolongan-pertama-pada-gawat-darurat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar