KATA
PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, saya dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Fisiologi yang berjudul “Laporan Praktikum Modalitas Rasa Dalam Rongga Mulut” tanpa suatu
kendala yang berarti.
Laporan
Praktikum ini saya buat sebagai salah satu sarana untuk lebih mendalami materi
tentang Modalitas Rasa Dalam Rongga Mulut. Kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang
Maha Esa, untuk itu saya mohon maaf apabila dalam laporan ini masih terdapat
kesalahan baik dalam isi ataupun sistematika. Saya juga berharap laporan
praktikum ini dapat bermanfaat untuk pendalaman materi pada Blok Stomatognasi 2 ini.
Jember, 9 April 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar............................................................................................................. 1
Daftar isi....................................................................................................................... 2
BAB 1.
PENDAHULUAN......................................................................................... 3
BAB 2.
HASIL PENGAMATAN............................................................................... 7
BAB 3.
PEMBAHASAN............................................................................................ 14
BAB 4.
KESIMPULAN.............................................................................................. 15
Daftar
Pustaka.............................................................................................................. 16
BAB
I
PENDAHULUAN
3.1 Dasar teori
3.1.1 Dasar Teori Modalitas Rasa di
rongga Mulut
Indera
pengecap adalah organ penting pada manusia yang membuat manusia memilih makanan
sesuai dengan keinginannya dan kebutuhan jaringan, selain itu dapat juga
berfungsi untuk menghindari tubuh dari substansi beracun. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi yaitu sistem indera (penglihatan, pembau dan pendengar) dan
makanan (tekstur makanan, suhu, kandungan bahan-bahan, kandungan air dan udara
dalam makanan).
Manusia memiliki lima alat
indra, yaitu mata adalah indra penglihatan, telinga adalah indra pendengar,
hidung adalah indra penciuman, kulit adalah indra peraba dan lidah adalah
indera pengecap. Lidah tersusun atas otot – otot rangka yang berbentuk
longitudinal , transversal dan sirkuler. Pada bagian dorsal lidah tertutup oleh
selaput lendir sehingga selalu lembab dan tertutup papila – papila yang
mengandung kuncup pengecapan ( taste buds ).
Taste buds (kuntum pengecapan), alat indera untuk pengecapan, merupakan badan ovoid yang berukuran 50 – 70 μm. Tiap-tiap kuntum pengecap terbentuk oleh 4 jenis sel, yaitu sel basal; sel tipe 1 dan 2, yang merupakan sel suspentakularis; dan sel tipe 3, yang merupakan sel reseptor pengecap (gustatorik) yang membuat hubungan sinaps dengan serat saraf sensorik. Leher dari sel-sel ini berhubungan satu sama lain dan dengan sel epitel di sekitarnya melalui tight junction. Kuntum pengecap ini dipersarafi oleh sekitar 50 serat saraf, dan sebaliknya, setiap serat saraf menerima masukan dari rata-rata 5 kuntum pengecap. Sel-sel basal berasal dari sel epitel yang mengelilingi kuntum pengecap. Sel-sel ini berdiferensiasi menjadi sel reseptor baru, dan sel reseptor lama secara terus-menerus diganti dengan waktu paruh sekitar 10 hari.
Taste buds (kuntum pengecapan), alat indera untuk pengecapan, merupakan badan ovoid yang berukuran 50 – 70 μm. Tiap-tiap kuntum pengecap terbentuk oleh 4 jenis sel, yaitu sel basal; sel tipe 1 dan 2, yang merupakan sel suspentakularis; dan sel tipe 3, yang merupakan sel reseptor pengecap (gustatorik) yang membuat hubungan sinaps dengan serat saraf sensorik. Leher dari sel-sel ini berhubungan satu sama lain dan dengan sel epitel di sekitarnya melalui tight junction. Kuntum pengecap ini dipersarafi oleh sekitar 50 serat saraf, dan sebaliknya, setiap serat saraf menerima masukan dari rata-rata 5 kuntum pengecap. Sel-sel basal berasal dari sel epitel yang mengelilingi kuntum pengecap. Sel-sel ini berdiferensiasi menjadi sel reseptor baru, dan sel reseptor lama secara terus-menerus diganti dengan waktu paruh sekitar 10 hari.
Pada manusia, kuntum pengecap terletak di mukosa epiglotidis,
palatum, dan pharinx serta di dinding papila fungiformis dan papila valata
lidah. Papila fungiformis merupakan struktur bulat yang paling banyak ditemukan
dekat ujung lidah; papila valata adalah struktur menonjol yang tersusun
membentuk huruf V di belakang lidah. Papila filiformis yang kecil berbentuk
kerucut, dan menutupi badan dorsum lidah biasanya tidak mengandung kuntum
pengecap. Serat-serat saraf sensorik dari kuntum-kuntum pengecap
di dua per tiga anterior lidah berjalan dalam cabang korda timpani n. Fasialis,
dan serat-serat dari sepertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui n.
Glosofaringeus. Serat-serat dari daerah lain selain lidah mencapai batang otak
melalui n. Vagus. Serat-serat pengecap yang bermielin tetapi menghantarkan
impuls relatif lambat di ketiga saraf tersebut bersatu di nukleus traktus solitarius
medula oblongata.
Manusia memiliki 4 macam pengecapan (rasa) dasar; manis, asam,
pahit dan asin. Zat yang pahit terutama di kecap di belakang lidah, yang asam
di sepanjang tepi lidah, yang manis di ujung lidah, dan yang asin di dorsum
anterior lidah. Zat yang asam dan pahit juga terasa di palatum yang juga agak
peka terhadap manis dan asin. Keempat modalitas ini dapat dirasakan di pharinx
dan epiglotis. Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada sel pengecap
berespons paling baik terhadap rangsang pahit sedang sel pengecap yang lain
berespons paling baik terhadap manis, asam dan asin. Selain itu diduga ada
modalitas pengecap tambahan yaitu umami. Modalitas ini mengindrai rasa glutamat
dan glutamat monosodium yang banyak digunakan dalam makanan Asia. Varian
reseptor glutamat metabotropik , mGluR4 terpotong (truncated), mungkin
merupakan reseptor untuk rasa ini.
Asam (acid) terasa asam (kecut), di rangsang oleh kation H+, rasa asin dihasilkan oleh Na+, babaerapa senyawa organik juga terasa asin misalnya dipeptida lisiltaurin dan ornitiltaurin. Mayoritas zat yang terasa manis adalah zat organik. Sukrosa, maltosa, laktosa, dan glukosa adalah contih yang paling dikenal. Dua protein yang diisolasi dari buah arbei Afrika, traumatin dan morelin, terasa 100.000 kali lebih manis daripada sukrosa dengan molar yang sama. Zat yang paling sering digunakan untuk menguji rasa pahit adalah kina sulfat, senyawa ini dapat dideteksi dalam konsentrasi 8μmol/L. Senyawa organik lain, terutama morfin, nikotin, kafein, dan ureum terasa pahit. Garam-garam anorganik lain, seperti magnesium, amonium, dan kalsium juga terasa pahit, rasa ini disebabkan adanya kation (ion positif).
Asam (acid) terasa asam (kecut), di rangsang oleh kation H+, rasa asin dihasilkan oleh Na+, babaerapa senyawa organik juga terasa asin misalnya dipeptida lisiltaurin dan ornitiltaurin. Mayoritas zat yang terasa manis adalah zat organik. Sukrosa, maltosa, laktosa, dan glukosa adalah contih yang paling dikenal. Dua protein yang diisolasi dari buah arbei Afrika, traumatin dan morelin, terasa 100.000 kali lebih manis daripada sukrosa dengan molar yang sama. Zat yang paling sering digunakan untuk menguji rasa pahit adalah kina sulfat, senyawa ini dapat dideteksi dalam konsentrasi 8μmol/L. Senyawa organik lain, terutama morfin, nikotin, kafein, dan ureum terasa pahit. Garam-garam anorganik lain, seperti magnesium, amonium, dan kalsium juga terasa pahit, rasa ini disebabkan adanya kation (ion positif).
Pengecapan
merupakan fungsi utama dari taste bud di dalam rongga mulut. Reseptor perasa
(taste bud) ditemukan pada papila lidah (papila circumvalata, fungiformis,
foliata dan filiformis). Taste bud adalah struktur kecil yang terdapat di
permukaan lidah, palatum, epiglotis, laring dan faring. Di sekitar dari sel
perasa terdapat empat rangsang rasa primer, bila substansi rasa berada dalam
konsentrasi rendah, tetapi pada konsentrasi tinggi, sebagian besar taste bud
dapat dirangsang oleh dua, tiga, atau empat rangsang primer dan juga oleh
beberapa rangsang kecap lain (non-primer). Sel-sel pengecap terus menerus
digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel-sel epitel disekitarnya.
Ketahanan (umur) setiap sel pengecap ini sekitar 10 hari.
Hingga
saat ini terdapat lima macam rasa yang dapat dikenali yaitu:
1.
Asin, terletak diujung lidah;
Rasa
asin dibentuk oleh garam-garam yang terionisasi. Kualitas rasanya berbeda-beda
antara garam yang satu dengan yang lain karena garam juga membentuk sensasi
rasa yang lain selain rasa asin.
2.
Manis, terletak di ujung lidah;
Rasa
manis tidak dibentuk atas satu golongan kelas substansi kimia saja. Beberapa
tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa ini mencakup gula, glikol, alcoho
aldehid, keton, amida, ester, asam amino, beberapa protein kecil, asam
sulfonat, asam halogenasi, dan garam-garam dari timah dan berilium. Perubahan
yang sangat kecil pada radikal sederhana, seringkali dapat mengubah substansi
manis menjadi pahit.
3.
Asam, terletak pada dua pertiga bagian
samping lidah;
Rasa
asam disebabkan oleh asam, intensitas dari sensasi rasa ini hampir sebanding
dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen, makin asam suatu asam makin
kuat sensasi yang terbentuk.
4.
Pahit, terletak pada posterior lidah dan
palatum molle;
Rasa
pahit tidak dibentuk oleh satu tipe substansi kimia, tetapi substansi rasa
pahit hampir seluruhnya dibentuk oleh substansi organik. Dua golongan substansi
tertentu yang cenderung menimbulkan rasa pahit adalah (a) substansi rasa
organik rantai panjang yang mengandung nitrogen dan (b) alkaloid, seperyi kina,
kafein, striknin, dan nikotin.
5.
Umami, terletak pada ujung lidah;
Rasa
umami adalah rasa yang ddiperoleh karena rangsangan pada reseptor metabotropic glutamate receptor (mGluR4) yang
sensitiv terhadap monosodiumglutmate (MSG). Monosodium glutamat umumnya
ditambahkan pada makanan untuk menguatkan rasa.
Berdasarkan penelitian bersifat
psikofisiologik dan neurofisiologik, saat ini telah mengenali sedikitnya 13
macam reseptor kimiayang mungkin terdapat pada sel-sel pengecap, yaitu sebagai
berikut: 2 reseptor natrium, 2 reseptor kalium, 1 reeptor klorida, 1 reseptor adenosine,
1 reseptor ionosin, 2 reseptor manis, 2 reseptor pahit, 1 reseptor glutamate,
dan 1 reseptor ion hidrogen.
3.1.2. dasar
teori sensasi dirongga mulut
Sel reseptor pengecapan adalah
kemoseptor yang berespon terhadap bahan-bahan yang larut dalam cairan mulut yng
membasahi reseptor-reseptor tersebut. Reseptor pengecapan (sekunder)
dikumpulkan bersama taste bud, terutama pada lidah dan palatum. Bahan-bahan ini
bekerja pada mikrovili yang ada di pori-pori pengecap untuk mencetuskan
potensial generator di sel reseptor yang menimbulkan potensial aksi di neuron
sensorik.
Serat-serat saraf sensorik dari
papil-papil pengecap di dua pertiga anterior lidah berjalan dengan cabang korda
timpani, nervus fasialis, dan serat-serat saraf dari sepertiga posterior lidah
mencapai batang otak melalui saraf glossofaringeus. Nukleus traktus solitarius
untuk dapat menyatu ke dalam medula oblongata harus bergabung dengan kedua
sarafnya. Disana mereka bersinap dengan neuron-neuron ordo kedua yang aksonnya
melintasi garis tengah dan bertemu dengan lemnikus medialis, berakhir di
nukleus-nukleus pemancar sensorik spesifik pada talamus bersama serat untuk
sensasi sentuh nyeri dan suhu. Impuls dipancarkan dari sini ke daerah proyeksi
pengecapan di korteks serebrum di kaki girus pasca sentralis. Pengecapan tidak
memiliki daerah proyeksi yang terpisah tetapi digambrkan dibagian girus pasca
sentralis yang melayani sensasi kulit dan wajah.
Impuls pengecapan melintasi saraf
otak ketujuh, kesembilan dan kesepuluh menuju otak, tempat merek berakhir di
dalam traktus solitarius. Isyarat mula-mula ke talamus dan kemudian ke area
operkulum-insulaparietal korteks serebri. Area ini terletak pada pinggir
lateral girus postsentralis dalam fisura sylvii yang erat berhubungan dengan
atau bertindihan dengan daerah lidah area somatik
Terdapat banyak variasi dalam
distribusi keempat papik pengecap dasar pada berbagai spesies dan dalam suatu
spesies tertentu antara individu. Pengecapan memperlihatkan after-reaction dan
fenomena kontras yang serupa dalam beberapa dalam beberapa hal dalam
after-image dan kontras penglihatan. Sebagian adalah tipuan kimia, tetapi
sebagian lain mungkin benar-benar merupakan fenomena sentral.
BAB
II
HASIL
PENGAMATAN
3.3 Hasil Pengamatan
3.3.1
Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area Wajah
Objek
|
Bentuk
|
Ukuran
|
Waktu
|
1
|
x
|
a
|
3 detik
|
2
|
a
|
a
|
3 detik
|
3
|
x
|
a
|
5 detik
|
4
|
a
|
a
|
3 detik
|
3.3.2
Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah
Bagian
|
Lokasi
|
Respon orang coba
|
||
1mm
|
2mm
|
3mm
|
||
Bagian lidah
|
Ujung Lidah
|
a
|
||
Lateral kiri
|
a
|
|||
Lateral kanan
|
a
|
|||
Dorsal
|
a
|
|||
1/2 antero-posterior
|
a
|
|||
Posterior lidah
|
a
|
|||
Bagian lain
|
Palatum
|
a
|
||
Mukosa pipi
|
a
|
|||
Gusi
|
a
|
|||
Bibir atas
|
a
|
|||
Dahi
|
a
|
|||
Hidung
|
a
|
|||
Cuping telinga
|
a
|
|||
Pipi kiri+kanan
|
a
|
3.3.3
Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah
Bagian
|
Suhu
|
Lokasi
|
Respon orang coba
|
||
1mm
|
2mm
|
3mm
|
|||
Bagian lidah
|
50 C
|
Ujung Lidah
|
a
|
||
Lateral kiri
|
a
|
||||
Lateral kanan
|
a
|
||||
Dorsal
|
a
|
||||
1/2 antero-posterior
|
a
|
||||
Posterior lidah
|
a
|
||||
Bagian lain
|
50 C
|
Palatum
|
a
|
||
Mukosa pipi
|
a
|
||||
Gusi
|
a
|
||||
Bibir atas
|
a
|
||||
Dahi
|
a
|
||||
Hidung
|
a
|
||||
Cuping telinga
|
a
|
||||
Pipi kiri+kanan
|
a
|
||||
Bagian lidah
|
800 C
|
Ujung Lidah
|
a
|
||
Lateral kiri
|
a
|
||||
Lateral kanan
|
a
|
||||
Dorsal
|
a
|
||||
1/2 antero-posterior
|
a
|
||||
Posterior lidah
|
a
|
||||
Bagian lain
|
800 C
|
Palatum
|
a
|
||
Mukosa pipi
|
a
|
||||
Gusi
|
a
|
||||
Bibir atas
|
a
|
||||
Dahi
|
a
|
||||
Hidung
|
a
|
||||
Cuping telinga
|
a
|
||||
Pipi kiri+kanan
|
a
|
3.3.4
Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah
Stimulus
|
Respon Rasa
|
Letak rasa
|
Air garam
|
++
|
1, 5,
6
|
Cuka
|
++++
|
1, 5, 6, 3, 2
|
Air gula
|
++
|
1, 5, 6
|
Kina
|
++
|
4
|
Umami
|
+++
|
1, 2, 3, 5, 6
|
Merica
|
++
|
1, 2, 3
|
3.3.5
Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah
A. Rangsangan
Tekanan
Stimulus
|
Lokasi
|
Kedalaman
|
TEKAN
|
Ujung Lidah
|
0.1 cm
|
Lateral kiri
|
0.2 cm
|
|
Lateral kanan
|
0.2 cm
|
|
Dorsal
|
0.1 cm
|
|
1/2 antero-posterior
|
0.3 cm
|
|
Posterior lidah
|
0.1 cm
|
|
Palatum
|
0.1 cm
|
|
Mukosa pipi
|
-
|
|
Gusi
|
-
|
|
Bibir atas
|
-
|
|
Dahi
|
-
|
|
Hidung
|
-
|
|
Cuping telinga
|
-
|
|
Pipi kiri+kanan
|
-
|
B. Rangsangan
Dingin
No
|
Daerah
|
Waktu sampai terasa nyeri (s)
|
|||
60º
|
70º
|
80º
|
90º
|
||
1
|
Lidah bagian 1
|
1,5
|
0,8
|
0,7
|
0,2
|
2
|
Lidah bagian 2
|
4
|
2,6
|
0,5
|
0,4
|
3
|
Lidah bagian 3
|
2
|
1,9
|
1,1
|
0,9
|
4
|
Lidah bagian 4
|
1,3
|
1,5
|
0,3
|
0,7
|
5
|
Lidah bagian 5
|
1,6
|
0,9
|
0,4
|
0,9
|
6
|
Lidah bagian 6
|
4,8
|
0,5
|
0,2
|
0,3
|
7
|
Lidah bagian 7
|
1,8
|
1,7
|
1,4
|
0,5
|
8
|
Lidah bagian 8
|
3,6
|
1,2
|
0,7
|
0,5
|
9
|
Mukosa pipi kanan
|
2,6
|
0,8
|
0,7
|
0,5
|
10
|
Gusi anterior
|
1,6
|
0,1
|
0,3
|
0,4
|
11
|
Pipi kanan
|
0,8
|
0,7
|
0,2
|
0,3
|
12
|
Bibir atas
|
0,5
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
13
|
Dahi
|
0,3
|
0,4
|
0,4
|
0,5
|
14
|
Leher
|
0,9
|
0,4
|
0,4
|
0,3
|
C. Rangsangan Dingin
No
|
Daerah
|
Waktu sampai terasa nyeri (s)
|
|||
20º
|
10º
|
5º
|
0º
|
||
1
|
Lidah bagian 1
|
2,5
|
0,3
|
0,6
|
0,9
|
2
|
Lidah bagian 2
|
2,3
|
0,8
|
0,7
|
0,3
|
3
|
Lidah bagian 3
|
2,0
|
1,2
|
0,8
|
0,4
|
4
|
Lidah bagian 4
|
1,1
|
1,9
|
0,9
|
0,3
|
5
|
Lidah bagian 5
|
1,9
|
1,5
|
1,0
|
0,6
|
6
|
Lidah bagian 6
|
2,4
|
0,9
|
0,9
|
0,5
|
7
|
Lidah bagian 7
|
2,3
|
0,8
|
1,2
|
0,5
|
8
|
Lidah bagian 8
|
1,8
|
1,0
|
0,9
|
0,6
|
9
|
Mukosa pipi kanan
|
2,3
|
1,1
|
1,4
|
0,7
|
10
|
Gusi anterior
|
1,6
|
1,8
|
1,2
|
1,0
|
11
|
Pipi kanan
|
0,8
|
1,3
|
0,8
|
0,7
|
12
|
Bibir atas
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,1
|
13
|
Dahi
|
1,3
|
0,7
|
0,3
|
0,1
|
14
|
Leher
|
2,2
|
0,9
|
1,1
|
0,5
|
3.3.6
Pemeriksaan Vitalitas Gigi
A.
Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Dingin
Stimulus
|
Lokasi
|
Respon dari orang coba
|
Suhu Dingin (-50 C)
|
Permukaan Labial 1/3 Incisial
|
Ngilu, dingin
|
Permukaan dari Mesio-bukal cusp
|
Tidak ngilu, dingin
|
B.
Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Panas
Percobaan
|
Gigi
|
Rasa pada suhu panas
|
Rasa pada suhu dingin
|
Syringe
|
Insisiv
|
Panas dan agak ngilu
|
Tidak berasa apapun
|
Molar
|
Panas dan ngilu
|
Dingin
|
|
Guttap Percha
|
Insisiv
|
Panas dan ngilu
|
Tidak berasa apapun
|
Molar
|
Panas dan ngilu
|
Dingin
|
|
Burnisher
|
Insisiv
|
Panas dan ngilu
|
Dingin
|
Molar
|
Panas dan ngilu
|
Dingin
|
C.
Test Vitalitas Gigi Dengan Tekan, Perkusi, dan Palpasi
Stimulus
|
Lokasi
|
Respon orang coba
|
||
I
|
II
|
III
|
||
Tekan
|
Gigi 41
|
Sakit +
|
Sakit ++
|
Sakit +++
|
Gigi 46
|
Sakit +++
|
Sakit ++++
|
Sakit +++++
|
|
Perkusi
|
Gigi 51
|
x
|
x
|
x
|
Gigi 56
|
x
|
x
|
x
|
|
Palpasi
|
Gigi 61
|
x
|
x
|
x
|
Gigi 66
|
x
|
x
|
x
|
Keterangan : x= tidak sakit
PERTANYAAN
1.
Bagian mulut dan wajah yang mana yang
lebih sensitive terhadap pengenalan bentuk benda?
2.
Bagian mulut dan wajah yang mana yang
lebih sensitive terhadap mengenali jarak antar dua titik? Jelaskan mengapa!
3.
Bagian lidah mana yang lebih sensitive
terhadap suhu? Jelaskan mengapa!
4.
Bagian lidah mana yang lebih sensitive
terhadap nyeri? Jelaskan mengapa!
5.
Apakah percobaan anda sesuai dengan
teori yang anda peroleh?
6.
Bagian lidah mana yang lebih sensitive
terhadap rasa manis, asin, pahit, asam, dan umami?
7.
Mengapa perlu dilakukan test vitalitas
gigi?
8.
Untuk apa test perkusi dan palpasi
dilakukan?
JAWAB
1.
Bagian lidah bagian anterior merupakan
bagian paling sensitif terhadap pengenalan bentuk benda karena disana terdapat
lebih banyak serabut saraf sensoris dan taste bud. Sedangkan bagian wajah yang sensitive terhadap
pengenalan bentuk benda yaitu bibir atas, hidung, pipi kanan, dan pipi kiri.
2. Pada
bagian permukaan kulit di daerah wajah karena pada lapisan kulit terdapat
reseptor yang bertugas menerima rangsangan tekanan dari luar baik tekanan yang
ringan maupun berat.
3. Dari
percobaan yang kita lakukan bagian lidah yang peka terhadap suhu baik suhu
panas ataupun dingin adalah lidah bagian samping dan lidah bagian posterior.
Hal ini dikarenakan pada daerah samping lidah dan posterior lidah terdapat papila
yang lebih banyak dibandingkan daerah lain. Papila merupakan ujung saraf
pengecapan. Semakin banyak papila di daerah tersebut maka semakin sensitive
pula terhadap adanya suatu rangsangan terutama suhu.
4. Bagian
anterior lidah. Karena pada bagian tersebut terdapat serabut saraf sensori dan
juga taste bud yang akan menstimulasi rangsangan nyeri ke sistem saraf pusat
serta lapisan terluar dari
ujung lidah merupakan lapisan tertipis dibandingkan dengan daerah lidah yang
lain. Sehingga apabila ada tekanan yang menimbulkan rasa nyeri bagian ujung
lidah merupakan daerah paling sensitive terhadap nyeri.
5. Ya,
percobaan yang kami lakukan sesuai dengan teori yang kami peroleh.
6. Ujung
lidah sebab di sana memiliki lebih banyak taste bud (1-18) dibandingan di
bagian lain.
7. Test
vitalitas gigi sangat penting karena untuk mengetahui seberapa kuat gigi kita
terhadap rangsangan baik rangsangan suhu dan tekanan. Dan juga untuk mengetahui
kondisi gigi dalam keadaan baik ataupun tidak baik.
8.
Tes Palpasi
Fungsi
: mengecek ada atau tidaknya oedema / pembengkakan atau fluktuasi / pergerakan
jaringan, mengecek ada atau tidaknya kelainan periapikaldan mengetahui ada atau
tidaknya limfadenopati
Tes Perkusi
Tes Perkusi
Fungsi
: mengetahui ada atau tidaknya periodontitis dan inflamasi periapikal, biasanya
pasien akan merasakan sakit atau tidak atau sensasi ngilu. Bila positif sakit,
maka memang adanya kelainan pada jaringan di sekitarnya.
BAB III
PEMBAHASAN
TABEL
Pada
pengamatan pengenalan bentuk berbagai benda di rongga mulut dan daerah wajah,
diletakkan objek di atas lidah orang coba dan didapatkan hasil orang coba
berhasil menebak ukuran dari objek benda tersebut namun untuk bentuknya hanya 2
kali saja orang coba berhasil mengenailnya dari 4 objek yang disediakan dengan
rata-rata waktu menebak selama 3,5 detik. Jadi, lidah orang coba tersebut peka
terhadap pengenalan benda.
Pada praktikum two discrimination di rongga mulut dan
area wajah, daerah lidah yang paling sensitif atau yang peka adalah bagian
lateral kiri, ½ antero-posterior, dan posterior lidah yang dapat terasa dengan
jangka ukur dengan jarak 1 mm. Sedangkan pada bagian lain yang peka adalah gusi
dan hidung.
Pada pengamatan pengenalan suhu di rongga mulut dan area
wajah, respon orang coba yang paling sensitif pada suhu 50 C adalah
daerah dahi, hidung, cuping telinga, pipi kiri dan kanan. Sedangkan pada suhu
800 C adalah bagian lidah daerah ujung, dorsal, ½ antero posterior,
dan posterior lidah. Sedangkan pada bagian lain yang memiliki respon coba
paling sensitif/peka adalah bagian palatum, mukosa pipi, gusi, bibir atas, pipi
kanan dan kiri.
Pada
pengamatan persepsi rasa pada beberapa bagian lidah, cuka adalah yang paling
terasa pada lidah orang coba karena intensitas sensasi rasanya sebanding dengan
logaritma dari konsentrasi ion hidrogen yaitu mkain asam makin kuat sensasi
yang terbentuk. Sedangkan bagian lidah yang paling sensitif terhadap apa yang
dirasakan adalah bagian ujung lidah, sebab di sana memiliki lebih banyak taste bud
(1-18) dibandingan di bagian lain. Di daerah ujung lidah dirangsang oleh 3
rangsang kecap yaitu rasa manis, asin, dan umami.
Pada praktikum rasa nyeri pada jaringan
rongga mulut dan area wajah, pada stimulus tekan daerah yang paling sensitif
adalah palatum, gusi, bibir atas, dahi, leher, dan pipi kanan. Sehingga tidak
perlu penekanan sudah terasa nyeri pada daerah tersebut. Pada percobaan mengenai rangsangan panas dan dingin di lidah, kami
mendapatkan data bahwa pada suhu panas, bagian ujung lidah atau anterior lidah
memiliki waktu tercepat dalam merespon rasa nyeri. Hal tersebut disebabkan oleh
karena pada bagian anterior lidah terdapat serabut saraf sensori dan taste bud
dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah lidah lainnya.
Selain itu, kecepatan respon nyeri yang lebih cepat dibandingankan dengan suhu
yang dingin tersebut juga diakibatkan oleh Pada perlakukan dengn
air dingin, cenderung rasa yang dirasakan lebih lambat karena termoreseptor
lebih lambat merespon. Termoreseptor akan
merespon suhu dingin yang tentunya akan mengeluarkan kalor yang dimilki
lidah, sehingga suhu akan lebih turun dari yang sebelumnya. Ini akan
menyebabkan termoreseptor akan merespon lebih lambat dari sebelumnya.
Pada percobaan mengenai
vitalitas gigi dengan suhu dingin diperoleh data bahwa pada bagian permukaan
labial sepertiga inisisal memberi respon ngilu yang disertai rasa dingin pada
orang coba. Sedngakan pada bagian permukaan dari mesio bukal cusp tidak memberi
respon ngilu namun tetap diikuti rasa dingin. Hal tersebut dapat terjadi karena
ketebalan pemukaan kedua bagian gigi tersebut tidak sama. Pada bagian sepertiga
insisal lebih tipis permukaannya sehingga dimungkinkan terjadi penghantaran
respon dingin oleh saraf yang terhubung oleh tubulus dentin sehingga
menimbulkan persepsi ngilu pada bagian tersebut. Selain itu, rasa ngilu
tersebut juga bisa diakibatkan oleh terbukanya lapisan dentin. Ketika lapisan
dentin terbuka, rangsang termal akan mudah terdeteksi, sehingga akan membuat
gigi terasa linu ketika makan/ minum dengan suhu yang dingin. Beberapa
perawatan gigi ada juga yang mengakhibatkan gigi sensitif. Di antaranya pemutihan
gigi, pembersihan karang gigi / skeling, perawatan kawat gigi, dan penambalan
gigi. Penambalan gigi harus dilakukan dengan prosedur yang tepat, selain
itu menjaga kebersihan mulut tetaplah penting. Gigi yang telah ditambal dan
tidak dijaga kebersihannya memungkinkan terjadinya karies sekunder. Karies
sekunder ini merupakan karies kompleks yang terbentuk setelah karies primer.
Karies sekunder akan berakhibat terbukanya lapisan dentin lebih dalam menuju
pulpa, sehingga rangsang termal akan lebih mudah masuk ke ujung saraf di pulpa,
akhibatnya sensitifitas gigi akan meningkat.
Pada percobaan mengenai
vitalitas gigi dengan suhu panas diperoleh data bahwa terjadi respon pada
bagian insisivus pertama kanan bawah dan molar pertama kanan bawah dengan
perlakuan tekanan oleh handel kaca mulut kepada orang coba. Sedangkan dengan
perlakuan test perkusi serta test palpasi tidak ditemukan adanya persepsi sakit
yang timbul. Hal tersebut dapat terjadi karena oleh beberapa sebab. Stimulus
exogen termasuk thermal, taktil, atau perubahan osmotik. Yang mana stimulus ini
dapat membuat semua gigi sakit. Sakit disini termasuk persepsi nyeri sering di
deskripsikan “sebagai sensori tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan yang sebenarnya atau berpotensi terjadi
kerusakan jaringan.Kemungkinan lain, dimungkinkan terdapat serabut syaraf yang
juga ikut tertekan saat diperlakukan tekanan menggunakan handel kaca mulut.
BAB
IV
KESIMPULAN
Bagian lidah bagian anterior merupakan bagian paling
sensitif terhadap pengenalan bentuk benda, rasa nyeri, dan berbagai macam rasa
karena disana terdapat lebih banyak serabut saraf sensoris dan taste bud serta lapisan terluar dari ujung lidah merupakan lapisan
tertipis dibandingkan dengan daerah lidah yang lain. Sehingga apabila ada
tekanan yang menimbulkan rasa nyeri bagian ujung lidah merupakan daerah paling
sensitive terhadap nyeri..
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W. F., 2003, Fisiologi Kedokteran, penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Gayton & Hall., 1997 , Fisiologi Kedokteran , Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Kimball, J. W. 1983. Biologi Jilid 3 edisi kelima. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Pearce, E.C, 2000, Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia: Jakarta
Gayton & Hall., 1997 , Fisiologi Kedokteran , Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Kimball, J. W. 1983. Biologi Jilid 3 edisi kelima. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Pearce, E.C, 2000, Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar